BAB I
PENDAHULUAN
Akuntasi sering di sebut “bahasa
bisnis” / “Bahasa dari keputusan – keputusan keuangan”. karena ia merupakan
media komunikasi bagi pihak – pihak yang memerlukannya.
Ada dua (2) pihak yang memerlukan
akuntansi, yaitu :
-
Pihak intern (mereka / pihak – pihak yang menyelenggarakan usaha atau disebut
pimpinan perusahaan/ manajemen).
-
Pihak ekstern (pihak – pihak yang berkepentingan dengan suatu usaha atau
perusahaan.seperti :
1. Pemilik perusahaan.
1. Pemilik perusahaan.
2. Kreditor. (orang atau badan yang
memberikan pinjaman kepada perusahaan
dalam bentuk uang
atau barang).
3. Investor.(orang atau badan yang
menanamkan modal pada suatu perusahaan).
4. Instansi Pemerintah (Misalnya : Kantor Pelayanan Pajak,Badan Pengembangan
4. Instansi Pemerintah (Misalnya : Kantor Pelayanan Pajak,Badan Pengembangan
Pasar Modal,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan).
5. Akuntansi Nir Laba (Misalnya : Rumah Sakit , Badan – badan pemerintah , dan
5. Akuntansi Nir Laba (Misalnya : Rumah Sakit , Badan – badan pemerintah , dan
sekolah – sekolah
yang beroperasi untuk tujuan yang tidak menghasilkan laba
dan biasanya berurusan dengan :
-Pembayaran gaji ;
-Pembayaran sewa ; dan
-Lain – lain yang semuanya berasal
dari sistem akuntansi.
6.
Karyawan.
7. Masyarakat.
8. Para pemakai Lainnya (Misalnya :
para pekerja dan serikat buruh).
Dari 2 penggolongan pemakai antara
pemakai / pihak intern maupun pihak ekstern ini menyebabkan terjadinya
pembagian akuntansi menjadi dua bagian yaitu :
1.
Akuntansi Keuangan (Memberikan informasi pada pihak – pihak di luar perusahaan
yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan sehari – hari.
Misalnya : Kreditur, Investor, Masyarakat, dan Pemerintah).
2.
Akuntansi Manajemen (Menghasilkan informasi pada pihak pengambil keputusan di
dalam organisasi. Pihak itu adalah pimpinan perusahaan / Manajemen).
B. Tujuan
Penulisan.
-
Untuk memenuhi Tugas yang diberikan oleh Dosen.
-
Untuk mengetahui sejarah akuntansi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Akuntansi di dunia
Akuntansi
sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa menghitung dan membuat suatu
catatan, yang pada awalnya dulu itu dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun
menurut tingkat kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV terjadilah
perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia.
Perkembangan perdagangan ini menyebabkan orang waktu itu memerlukan suatu
sistem pencatatan yang lebih baik, sehingga dengan demikian akuntansi juga
mulai berkembang.
Setelah
itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya seorang yang bernama
Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika mengarang sebuah buku yang
berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Propotionalita, di
mana dalam suatu bab berjudul Tractatus de Computies et Scriptoris yang
memperkenalkan dan mengajarkan sistem pembukuan berpasangan yang disebut juga
dengan sistem kontinental.
Sistem
berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu
debet dan kredit. Kemudian kedua bagian ini diatur sedemikian rupa sehingga
selalu seimbang. Cara seperti ini menghasilkan pembukuan yang sistematis dan
laporan keuangan yang terpadu, karena perusahaan mendapatkan gambaran tentang
laba rugi usaha, kekayaan perusahaan serta hak pemilik.
Pertengahan
abad ke 18 terjadi revolusi industri di Inggris yang mendorong pula
perkembangan akuntansi, di mana waktu itu para manajer pabrik misalnya, ingin
mengetahui biaya produksinya. Sebab dengan mengetahui berapa besar biaya
produksi mereka dapat mengawasi efektifitas proses produksi dan menetapkan
harga jual. Sejalan dengan itu berkembanglah akuntansi dengan bidang khusus
yaitu akuntansi biaya. Akuntansi biaya memfokuskan diri pada pencatatan biaya
produksi dan penyediaan informasi bagi manajemen.
B. Sejarah Akuntansi di Indonesia
Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut sistem kontinental, seperti yang dipakai di Belanda saat itu. Sistem ini disebut juga dengan tata buku yang sebenarnya tidaklah sama dengan akuntansi, di mana tata buku menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain yang bertujuan menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data. Sedangkan akuntansi menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dan analitikal seperti kegiatan analisis dan interpretasi berdasarkan informasi akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Perkembangan selanjutnya tata buku sudah mulai ditinggalkan orang. Di Indonesia perusahaan atau orang semakin banyak menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon. Berkembangnya sistem akuntansi Anglo Saxon di Indonesia disebabkan adanya penanaman modal asing di Indonesia yang membawa dampak positif terhadap perkembangan akuntansi, karena sebagian besar penanaman modal asing menggunakan sistem akuntansi Amerika Serikat (Anglo Saxon). Penyebab lain sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan perkembangan akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, kemudian menerapkan ilmu akuntansi itu di Indonesia.
Saat ini sistem Anglo Saxon semakin
populer di Indonesia baik dalam pendidikan akuntansi maupun dalam praktek dunia
bisnis.
Perbedaan Akuntansi Sistem Kontinental dengan Anglo Saxon:
Zaman Kolonial
Pada waktu orang-orang Belanda
datang ke Indonesia kurang lebih abad ke-16, mereka datang dengan tujuan untuk
berdagang. Kemudian mereka membentuk perserikatan Maskapai Belanda yang dikenal
dengan nama Vereenidge Oost Indische Campagnie (VOC), yang didirikan pada tahun
1602. Akhir abad ke-18 VOC mengalami kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799. Dalam kurun waktu itu, VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan rempah-rempah yang dilakukan secara paksa di Indonesia, dimana
jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi maupun nilainya terus bertambah dari
waktu ke waktu. Pada tahun itu bisa dipastikan Maskapai Belanda telah melakukan
pencatatan atas mutasi transaksi keuangan.
Dalam hubungan itu, Ans Saribanon
Sapiie (1980), mengemukakan bahwa menurut Stible dan Stroomberg, bukti autentik
mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada menjelang
pertengahan abad ke-17.
Zaman Penjajahan Belanda
Setelah VOC bubar pada tauhn 1799,
kekuasaannya diambil alih oleh Kerajaan Belanda,zaman penjajahan Belanda
dimulai tahun 1800-1942. Pada waktu itu, catatan pembukuannya menekankan pada
mekanisme debet dan kredit, yang antara lain dijumpai pada pembukuan
Amphioen Socyteit bergerak dalam usaha peredaran candu atau morfin (amphioen)
yang merupakan usaha monopoli di Belanda.
Catatan pembukuannya merupakan
modifikasi system Venesia-Italia, dan tidak dijumpai adanya kerangka pemikiran
konseptual untuk mengembangkan system pencatatan karena kondisinya sangat
menekankan pada praktik-praktik dagang yang semata-mata untuk kepentingan
perusahaan Belanda.
Hadibroto (1992) mengikhtisarkan
system pembukuan asal etnis sebagai berikut.
System pembukuan Cina, terdiri dari
lima kelompok, yaitu
-
System Hokkian (Amoy);
-
System Kanton;
-
System Hokka;
-
System Tio Tjoe atau System Swatow;
-
System gaya baru.
System pembukuan India atau system
Bombay
System pembukuan Arab atau Hadramaut
Zaman Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang
1942-1945, banyak orang Belanda yang ditangkap dan dimasukkan kedalam
sel-sel oleh tentara Jepang. Hal ini menyebabkan kekurangan tenaga kerja pada
jawatan-jawatan negara termasuk Kementrian Keuangan. Untuk mengatasi hal
tersebut, diadakan latihan pegawai dan kursus-kursus pembukuan pola Belanda.
Sejalan dengan itu, kondisi
pembukuan pada masa pendudukan Jepang tidak mengalami perubahan. Jepang juga
mengajarkan pembukuan dengan menggunakan huruf Kanji, namun tidak diajarkan
pada orang-orang Indonesia.
Zaman Kemerdekaan
System akuntansi yang berlaku
awalnya di Indonesia adalah system akuntansi Belanda yang lebih dikenal
system tata buku. Setelah pada tahun 1950-an perusahaan milik Belanda
dinasionalisasi dan modal asing pun mulai masuk, terutama dari Amerika yang
juga membawa system akuntansinya sendiri yang harus diikuti perusahaan miliknya
di Indonesia. Pada saat yang sama, perusahaan yang ada masih tetap menigkuti
system akuntansi Belanda yang sudah mapan. Sejak saat ini muncullah dualisme
system akuntansi di Indonesia.
Pada tahum 1980 atas bantuan
pinjaman dari World Bank, pemerintah Indonesia melakukan upaya harmonisasi
system akuntansi sehingga diupayakan untuk menghapus dualisme tadi sehingga
berakhirlah dualisme system akuntansi di Indonesia.
Standar Akuntansi Indonesia
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),
yaitu wadah wadah organisasi profesi akuntansi di Indonesia, berdiri di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 1957. IAI berhasil menyusun dan menerbitkan Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973, dengan maksud antara lain:
menghimpun prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia dan sebagai
prasarana bagi terbentuknya pasar uang dan modal di Indonesia pada waktu itu,
laporan keuangan dari perusahaan yang akan go public, harus disusun atas dasar
prinsip-prinsip akuntansi tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebuah
buku ringkas menampilkan instruksi akuntansi juga diterbitkan di tahun 1588
oleh John Mellis dari Southwark, yang termuat perkataanya, "I am but the
renuer and reviver of an ancient old copie printed here in London the 14 of
August 1543: collected, published, made, and set forth by one Hugh Oldcastle,
Scholemaster, who, as appeareth by his treatise, then taught Arithmetics, and
this booke in Saint Ollaves parish in Marko Lane." John Mellis merujuk
pada fakta bahwa prinsip akuntansi yang dia jelaskan (yang merupakan sistem
sederhana dari masukan ganda/double entry) adalah "after the forme of
Venice".
Sebelum
dikeluarkannya UU No. 34/1954 tentang Gelar Akuntan , semua orang dapat
menyatakan dirinya selaku akuntan dan memakai gelar akuntan. Dengan dikeluarkannya
UU tersebut maka pemerintah mengatur mereka yang berhak memakai gelar akuntan
hanyalah mereka yang lulus dari Fakultas Ekonomi Negeri Jurusan Akuntansi
dan Swasta yang disamakan, diatur oleh panitia Persamaan Ijasah Akuntan. Dengan
semakin banyaknya fakultas ekonomi swasta maka pemerintah bersama IAI mengatur
pelaksanaan Ujian Negara Akuntan. Pelaksanaan ujian ini terus dibenahi sampai
pada akhirnya lulusan negeri dan swasta diwajibkan harus mengikuti ujian yang
sama jika ingin mendapatkan gelar akuntan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar