Selasa, 25 September 2012
KEDUDUKAN FUNGSI AL QURAN
KEDUDUKAN FUNGSI AL QURAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemahaman kaum muslimin secara umum terhadap al-Quran masih parsial (juz’i). Hal itu menyebabkan Al-Quran belum difungsikan secara menyeluruh dan utuh. Sebagian masyarakat memahami Al-Quran sebagai obat (syifa) saja, maka mereka memfungsikannya hanya sebatas sebagai penyembuh. Sehingga, Al-Quran baru dekat dengan orang-orang yang sakit, sekarat atau sudah meninggal. Padahal Al-Quran sebenarnya lebih dibutuhkan oleh orang-orang yang sehat. Sebagian yang lain hanya memahami Al-Quran sebagai kitab bacaan yang pahalanya besar. Pemahaman yang terbatas ini mendorong masyarakat merasa puas setelah hanya membaca Al-Quran. Pemungsian Al-Quran oleh masyarakat sangat dipengarui oleh pengetahuan (tashawur) dan persepsi mereka terhadap Al-Quran itu sendiri. Hal inilah yang membuat pengenalan Al-Quran menjadi sangat penting.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusun dalam makalah ini adalah:
1. Memenuhi salah satu tugas mata ajar Agama
2. Melatih membiasakan diri dalam menyusun makalah.
3. Makalah ini dibuat bertujuan memberikan bekal, tuntunan dalam menjalani hidup sesuai dengan al-Quran.
4. Makalah bertujuan memberikan wawasan lebih jauh tentang al-Quran.
5. Berfungsi sebagai alat pembelajaran alternative yang lebih menarik dikarenakan pembahasannya yang dibuktikan secara langsung.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah :
a. Studi Dokumentasi
Yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mempelajari naskah-naskah dan dokumen-dokumen lainnya baik berbentuk buku sumber ataupun dari internet.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori dalam buku atau literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun untuk sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yang saling berkaitan,yaitu:
BAB I, PENDAHULUAN
Pada bab ini menerangkan tentang latar belakang penulisan makalah ini, maksud dan tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II, PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai apa yang menjadi judul makalah ini.
BAB III, PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang menerangkan kesimpulan dari makalah ini dan disertai dengan saran-saran yang berguna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Al-Quran
Dalam segi bahasa al-Quran artinya yang dibaca. Sedangkan menurut istilah ialah wahyu Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai sumber hukum dan pedoman hidup pemeluk Islam. Jika dibaca menjadi ibadah kepada Allah SWT. Dengan keterangan diatas, maka firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Musa as dan Isa as serta nabi-nabi lainnya bukan dikatakan al-Quran. Demikian pula firman Allah SWT yang diturunkan atau disampaikan kepada nabi Muhammad saw. jika dibaca bukan ibadah seperti hadist qudsi, tidak pula dinamakan al-Quran.
Para ulama tafsir al-Quran dalam berbagai kitab ‘ulumul qur’an, ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Quran merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a yaqro’uu qiroo’atan wa qor’an wa qur’aanan. Kata qoro’a berarti menghimpun dan menyatukan; al-Quran pada hakikatnya merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadu mushaf al-Quran. Disamping itu, mayoritas ulama mengatakan al-Quran dengan akar qoro’a, bermakna tilawah: membaca. Kedua makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Quran itu merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”.
Makna al-Quran secara istilaahi, al-Quran itu adalah “Firman Allah SWT yang menjadi mu’jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan kedalam hati Rasulullah saw, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar”. Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting:
Ø Al-Quran adalah firman Allah SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-Quran) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan, dan dihormati.
Ø Al-Quran adalah mu’jizat. Manusia tidak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Quran, baik satu mushaf maupun satu ayat.
Ø Al-Quran itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:193). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Quran masuk kedalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Quran, maka al-Quran akan mendorong kita untuk menerapkan dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasulullah SAW, ketika al-Quran diturunkan kepada beliau. Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Quran.
Ø Al-Quran disampaikan secara mutawatir. Al-Quran dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Quran itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Quran terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Quran. (QS 15:9).
Ø Membaca al-Quran bernilai ibadah, berpahala besar disisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).
Ali bin Abi Thalib berkata: Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan terjadi fitnah (kekacauan bencana)”. Bagaimana jalan keluar dari fitnah dan kekacauan itu Hai Rasulullah? Rasul menjawab: “Kitab Allah, didalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelum kamu, dan berita umat sesudah kamu (yang akan datang), merupakan hukum diantaramu, demikian tegas, barang siapa yang meninggalkan al-Quran dengan sengaja Allah akan membinasakannya, dan barangsiapa yang mencari petunjuk pada selain Allah akan menyesatkannya, al-Quran adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Quran hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan al-Quran, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Quran tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis, ketika jin mendengarnya mereka berkomentar “Sungguh kami mendengarkan al-Quran yang menakjubkan’, barang siapa yang mengetahui ilmunya dia akan sampai dengan cepat ke tempat tujuan, barang siapa berbicara dengan landasannya selalu benar, barang siapa berhukum dengannya hukumnya adil, barang siapa yang mengamalkan al-Quran dia akan mendapatkan pahala, barang siapa yang mengajak kepada al-Quran dia diberikan petunjuk ke jalan yang lurus” (HR Tirmidzi dari Ali r.a.)
2.2. Nama-nama al-Quran
Di dalam al-Quran terdapat banyak nama-nama al-Quran. Dibalik nama itu kita akan memahami fungsi al-Quran.
1. Al-Quran
Nama yang paling populer adalah al-Quran itu sendiri, Allah menyebutkannya 58 kali. Penyebutan berulang-ulang itu menjadi peringatan bagi manusia agar dapat memfungsikan al-Quran sebagai bacaan agar mendapat petunjuk dalam hidup (QS 2: 185). Artinya:”Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dalam barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”
2. Al-Kitab
Artinya, wahyu yang tertulis. Menurut Syaikh Abdullah ad Diros, penamaan dengan al-Kitab menunjukan bahwa al-Quran tertulis dalam mushaf dan hendaknya melekat di dalam hati. Rasulullah bersabda: “Orang yang di dalam hatinya tidak ada sedikitpun al-Quran, bagaikan rumah yang rusak” (al-Hadist)
3. Al-Huda
Artinya, petunjuk (QS 2:2). Sebagai petunjuk (al-Huda) merupakan fungsi utama dari diturunkannya al-Quran (QS 2:185). Kita tidak dapat menjadikan al-Quran sebagai petunjuk jika kita membaca dan memahaminya, mengamalkannya dengan baik.
4. Rahmah
Berarti rahmat, terutama bagi orang-orang yang beriman (QS 17:82).
Artinya:”Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian.”
5. Nur
Berarti cahaya penerang. Konsekuensi dari pemahaman ini adalah dengan menjadikan al-Quran sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita (QS 5: 15-16). Kita melihat tuntunan al-Quran, kemudian melangkah dengan tuntunan itu.
Artinya:”Wahai ahli kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal (isi) Kitab yang kame sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan, dengan Kiab itulah Allah memberikan petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukan ke jalan yang lurus.”
6. Ruh
Berarti ruh sebagai penggerak (QS 16:2). Artinya:”Die menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, ‘Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak Tuhan selain Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”
Ruh menggerakkan jasad manusia. Dengan nama ini Allah SWT ingin agar al-Quran dapat menggerakkan langkah dan kiprah manusia. Terutama perannya untuk memberikan peringatan kepada seluruh manusia bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
7. Syifa’
Berarti obat (QS 10:57). Artinya:”Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” Al-Quran merupakan obat penyakit hati, dari kejahiliyahan, kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan.
8. Al-Haq
Berarti kebenaran atau penerangan (QS 3:138 ; 2:185).
Artinya:”Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang –orang yang bertakwa.” (Q.S. 3:138)
9. Mauizhoh
Berarti pelajaran dan nasehat (QS 3: 138).
10. Naba’
Berarti berita (QS 16:89). Artinya:”Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan gambar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).” Di dalam al-Quran memuat berita-berita umat terdahulu dan umat yang akan datang.
11. Al-Furqan
Membedakan antara yang haq dan yang batil.
12. Az-Zikru
Peringatan
2.3. Fungsi dan Kedudukan Al-Quran
Fungsi utama dari al-Quran adalah kitab petunjuk (Kitabul hidayah). Di samping itu al-Quran juga memiliki fungsi-fungsi yang lain:
v Kitab berita (an-Naba’ wal akhbar) (QS 78: 1-2)
v Kitab hukum dan aturan (al-hukmu wasy syari’ah) (QS 5: 49-50)
v Kitab berjuang (Kitabul Jihad) (QS 29:69)
v Kitab pendidikan (Kitabut tarbiyyah) (QS 3: 79)
Fungsi al-Quran yang lain:
1. Al-quran berfungsi sebagai penegas bidang akidah.
Dalam bidang akidah penegasan al-Quran merupakan khulasah (intisari) yang diprioritaskan, diantara mengenai iman kepada yang wajib.
2. Sebagai penegas bidang ibadah
Ibadah sebagai realitas dari pada akidah dapat dijadikan ukuran kualitas iman seseorang.
3. Memberikan pengajaran kepada kita dengan pengalaman kisah-kisah masa silam.
Sejarah masa lalu dinyatakan dalam kisah-kisah yang diterangkan dalam al-Quran, baik yang bersifat positif dengan memikul resiko yang menyenangkan ataupun yang bersifat negatif dengan memikul resiko yang tidak menyenangkan merupakan pedoman bagi umat manusia.
4. Membawa kabar gembira (menyediakan pahala) bagi yang beramal soleh dan memberikan peringatan (mengancam dengan siksa) bagi yang durhaka, firman Allah SWT dalam al-Quran (Q.S al-fushilat:4), artinya:”yang memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, maka tidak mau mendengarnya.”
5. Menjadi pedoman hidup bagi setiap mukmin.
Firman Allah SWT: artinya: “Dan sesungguhnya al-Quran itu benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. an-Naml :77)
6. Sebagai obat bagi segala penyakit rohani.
Firman Allah SWT: artinya: “dan kami turunkan dari al-Quran sesuatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. al-Isra: 82).
7. Memberikan motivasi/dorongan untuk kemajuan teknologi.
Al-Quran diturunkan untuk memberikan petunjuk sehingga menjadi rahmat. Tentu dengan melalui proses tertentu dengan bantuan ilmu pengetahuan.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di samping itu Dia juga memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan kekhalifahan, yakni Al-Quran dan Al-Karim. Al-Quran adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya di muka bumi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 185. Namun demikian, yang mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah: 2).
Seorang ulama besar, Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia di masa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT ibarat manusia yng diliputi dengan kegelapan dari segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem yang baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena dihadapan mereka sebenarnya terdapat al-Quran, cahaya sempurna.
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus,” (Q.S. Asy-Syu’araa: 52).
Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan al-Quran sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan, dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.
Renungan beberapa ayat Al-Quran
Dalam kehidupan seorang muslim tidak lepas dari berbagai ujian (QS Al Ankabut : 2-3): “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Walaupun sudah melakukan berbagai usaha untuk mencapai hal yang didinginkan, seorang muslim belum tentu bisa mendapatkan keinginan tersebut, belum tentu mendapatkan hal-hal yang disukainya (QS Al-Baqarah: 216): “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu: Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Seorang muslim yang bisa menghidupkan ruh al-Quran pada dirinya dan berinteraksi secara penuh, menjadikan QS Al-Imran ayat 139 sebagai salah satu tuntunan dalam menghadapi ujian-ujian kehidupan. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Semakin tinggi tingkat interaksi terhadap al-Quran, semakin besar pula tingkat keyakinan akan kebesaran dan pertolongan Allah dalam tiap sisi kehidupannya (QS At- Taubah : 129): “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Allah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.”
Dalam al-Qur’anul Karim, diperintahkan pada muslim agar tidak berputus asa dalam menghadapi ujian dan problematika dalam kehidupan (QS Yusuf : 87): “dan jangan kamu berputus asa dar rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
Interaksi dengan Al-Quran
Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan al-Quran akan mendapat kemuliaan. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (Q.S. Al-Anbiya: 10).
Interaksi ini harusnya dilakukan secara utuh baik secara tilawatan (menguasai cara membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan mampu membacanya di waktu siang maupun malam), faham (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), amalan (kemampuan mengamalkan al-Quran dalam kehidupan/membumikan al-Quran) maupun hifzhan (kemampuan menghafalkan ayat demi ayat al-Quran). Itulah empat bentuk interaksi yang diinginkan al-Quran kepada setiap muslim.
Al-Quran berkedudukan sebagai sumber hukum yang utama dan yang pertama, tak ada satu jenis hukuman pun yang tidak terdapat dasar-dasarnya. Sebagai firman Allah SWT dalam surat Al-Anam ayat 38 yang berarti “tidak kami alpakan sesuatu dalam kitab.” Kedudukan al-Quran itu sumber utama dan pertama bagi tasyri islam, maka segala sesuatu ketetapan supaya berpegang kepada al-Quran dan pembuatannya sebagai firman Allah SWT (QS al-Zukhraf : 43) artinya:”maka berpegang teguhlah pada apa yang diwahyukan Allah SWT kepadamu.”
Betapa tingginya kedudukan al-Quran sebagai dasar hukum yang penuh berkat dan rahmat dari Allah SWT. karena itulah sebagai syarat bertakwa kepada Allah swt. Manusia diwajibkan mengikuti hukum-hukum al-Quran debagaimana firman Allah swt: artinya: ”dan al-Quran itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka itulah dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat” (Q.S. Al-Anam: 155), demikianlah kedudukan al-Quran sebagai sumber islam yang pertama dan utama.
2.4. Keajaiban Al-Quran
Al-Quran adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al-Quran sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al-Quran tentu saja bukanlah Kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al-Quran diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah.
Contoh-contoh fakta yang terkandung dalam al-Quran, antara lain:
Al-Quran dan Astronomi
Banyak fakta, seperti penciptaan alam semesta dari ketiadaan, mengembangnya alam semesta, serta garis-garis edar planet di jagat raya, yang hanya mampu diketahui oleh astronomi modern, telah diberitakan dalam Al-Quran sekitar 1400 tahun lalu.
Big bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan, guna menentang teori ini, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al-Quran, 21:30).
Kata “ratq” yang disini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan kata ini.
Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat “fatq”. Keduanya lalu terpisah (“fataqa”) satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk, “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
Al-Quran dan Fisika
Tahukah anda bahwa unsur besi pada awalnya terbentuk di bintang-bintang di luar angkasa, bahwa materi diciptakan berpasang-pasangan, dan bahwa waktu adalah suatu konsep yang realtif? Al-Quran telah mengisyaratkan tentang semua fakta ilmiah ini.
Contoh yang akan diambil adalah relativitas waktu. Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al-Quran telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif. Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Al- Quran, 22:47)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al-Quran, 32:5).
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Al-Quran, 70:4).
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
“Allah bertanya:’Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. ‘Allah befirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’ “ (Al-Quran, 23; 122-114).
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al-Quran, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al-Quran adalah Kitab Suci.
Al-Quran dan Planet Bumi
Banyak fakta ilmiah, dari lapisan-lapisan atmosfer hingga fungsi geologis gunung, dan dari proses pembentukan hujan hingga struktur dunia bawah laut, dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran.
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Terdapat gelombang besar dan kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengan memasuki Samudra Atlantik melalui Selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kesua tempat ini tidak berubah karena ada penghalang yang memisahkan keduanya. Salah satu dari sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al-Quran sebagai berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.” (Al-Quran, 55:19-20).
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telaah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan massa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Sisi menarik dar hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam al-Quran.
Al-Quran dan Biologi
Al-Quran memaparkan perkembangan embrio manusia dalam rahim melalui penjelasan yang benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern.
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam al-Quran mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh penting. Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur dari wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “seggumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
Disini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al-Quran terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al-Quran:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusiadari ‘alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (Al-Quran, 96:1-3).
Arti kata “’alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harafiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Tentunya bukan suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim Ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa al-Quran merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Informasi Mengenai Peristiwa Masa Depan Dalam Al-Quran.
Allah mengisahkan dalam Al-Quran tentang sejumlah peristiwa penting yang akan terjadi di masa depan, dan berbagai peristiwa ini terjadi persis sebagaimana kisah tersebut. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, inya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahu, dan Diam memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (Al-Quran 48:27).
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukan Benteng Khaibar, yang berada dibawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu dari sekian hikmah yang terkandung dalam al-Quran. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa al-Quran adalah kalam Allah, Yang pengetahauan-Nya tak terbatas. Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita tentang peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak mungkin dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling menarik dari peristiwa bersejarah ini, yang akan diulas lebih dalam dalam halaman-halaman berikutnya, adalah bahwa pasukan Romawi dikalahkan di wilayah terendam di muka bumi. Ini menarik, sebab “titik terendah” disebut secara khusus dalam ayat yang memuat kisah ini. dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil untuk melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada permukaan bumi. Ini adalah berita yang dari Allah yang diturunkan untuk umat manusia. Dialah Yang Maha Mengetahui.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Al-Quran adalah tali Allah yang sangat kuat, cahaya Allah yang sangat jelas, peringatan yang sangat bijak, jalan yang lurus, dengan al-Quran hawa nafsu tidak akan melenceng, dengannya lidah tidak akan bercampur dengan yang salah, pendapat manusia tidak akan bercabang, dan ulama tidak akan merasa puas dan kenyang dengan al-Quran, orang-orang bertaqwa tidak akan bosan dengannya, al-Quran tidak akan usang sekalipun banyak diulang, keajaibannya tidak akan habis.
3.2. Saran
Mempelajari Al-Quran akan membuat kita menjadi terarah dalam menjalankan kehidupan ini, karena Al-Quran adalah sebagai petunjuk, pemberi rahmat, pembawa kabar gembira, sebagai obat bagi penyakit rohan, dan pendorong/motivasi untuk kemajuan teknologi.
Daftar Pustaka
Moore, Keith L.,E. Marshal Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah, Makkah, Commisison on scientif signs of the Qur’an and Sunnah, s. 36
Davis, Richard A., Jr.1972. Principles of Oceanography. Don Mills. Ontario. Addison-Wesley Publishing’s. 92-93.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar