BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Fitoplankton merupakan jenis alga,
termasuk ke dalam sub filum Thallofita yang mempunyai klorofil. Fitoplankton
yang ada di seluruh dunia adalah sebagai produsen primer, dapat menyediakan
makanan untuk fauna lebih banyak daripada seluruh flora yang ada di daratan.
Kapasitas fotosintesis dari semua fitoplankton yang ada di laut lebih besar
daripada seluruh flora yang ada di daratan. Dengan adanya konsentrasi
fitoplankton yang besar di laut maka terdapat banyak zooplankton sebagai
konsumen primer bagi ikan, udang-udangan dan sebagainya. Penyebarluasan
teknologi dalam bidang budidaya fitoplankton berperan penting bagi pembenihan
ikan dan udang laut. Dua jenis fitoplankton Chlorella sp. dan Daphnia telah
digunakan dalam praktek budidaya fitoplankton ini.
- Tujuan
Tujuan melakukan pratikum ini untuk
membudidaya fifoplankton sebagai pakan alami bagi zooplankton.
BAB II
PEMBAHASAN
- Sejarah Chlorella SP.
Chlorella
sp. berasal dari bahasa latin chloros yang berarti hijau dan ella yang berarti
kecil, kemudian diberi nama oleh Beyerinck ahli biologi Jerman. Chlorella sp.
sudah berada di bumi sejak masa pre cambrian kira-kira 2,5 milyar tahun yang
lalu. Tumbuhan ini merupakan yang pertama kali memiliki bentuk sel yang berinti
sebenarnya. Kelangsungan generasinya yang dapat mencapai zaman modern merupakan
tanda kestabilan dan ketangguhan sifat genetiknya (Steenblock, 1994). Chlorella
adalah genus
ganggang
hijau bersel
tunggal yang hidup di air tawar, laut, dan tempat basah. Ganggang
ini memiliki tubuh seperti bola. Di dalam tubuhnya terdapat kloroplas
berbentuk mangkuk. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dengan membelah
diri. Setiap selnya mampu membelah diri dan menghasilkan empat sel baru yang
tidak mempunyai flagel.
Ganggang ini sering digunakan di laboratorium
untuk penyelidikan fotosintesis. Karena sifatnya yang unik, para
ahli berpendapat bahwa Chlorella dapat ikut mengatasi kebutuhan pangan manusia
di masa yang akan datang. Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton
yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya digunakan sebagai
makanan rotifera atau sebagai media budidaya larva ikan. Budidaya Chlorella
terdiri dari serangkaian kegiatan yang antara lain meliputi persiapan wadah dan
air yang meliputi pencucian dan sanitasi wadah. Selanjutnya diikuti oleh
kegiatan identifikasi, pemupukan dan inokulasi Chlorella di laboratorium.
Budidaya Chlorella dapat dilakukan
dalam skala laboratorium dan skala lapangan. Dalam budidaya Chlorella di skala
laboratorium digunakan wadah berupa erlenmeyer. Hasil budidaya pada skala
laboratorium pada umumnya digunakan sebagai stock untuk budidaya massal. Dalam
kegiatan budidaya skala laboratorium wadah harus dibersihkan dan disanitasi.
Umumnya pencucian dapat menggunakan deterjen dan dibilas sampai bersih kemudian
dikeringkan. Setelah kering kemudian wadah disanitasikan dengan cara direbus
pada suhu 110 o C. Air yang digunakan juga harus bersih. Air yang digunakan
dapat berupa air sumur atau air mata air atau akuades. Untuk air mata air atau
air sumur sebaik air difilter terlebih dahulu untuk menyaring partikel yang
tersuspensi dalam air. Selajutnya air juga harus disanitasi dengan cara merebus
air sampai mendidih, sehingga air yang digunakan bebas dari kontaminasi
plankton lain. Selanjutnya toples yang sudah diisi air sebanyak satu liter
ditempatkan pada rak yang dilengkapi dengan selang aerasi dan lampu neon. Hal
ini dilakukan supaya cahaya cukup untuk proses fotosintesis Chlorella, yang
memerlukan intensitas cahaya antara 2500 – 5000 lux dan agar Chlorella tidak
mengendap. Dalam budidaya di dalam laboratorium sebaiknya dilakukan pada suhu
antara 21-25 o C, dengan tujuan agar pertumbuhannya tidak terlalu cepat.
- Klasifikasi
Menurut Vashesta (1979) disitasi oleh Sri dan Achmad (1990), klasifikasi Chlorella sp. sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Family : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella sp.
- Morfologi
Sel Chlorella sp. berbentuk bulat atau bulat telur dan umumnya merupakan alga bersel tunggal (unicellular), meskipun kadang-kadang dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar antara 2-8 mikron, berwarna hijau, dan dinding selnya keras yang terdiri dari selulosa dan pektin, serta mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella sp. dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Morfologi Chlorella sp.
- Siklus Hidup Chlorella sp.
Chlorella
sp. berkembangbiak secara vegetatif. Sel anak berkembang menjadi sel induk,
sel-sel induknya mengeluarkan zoospora yang masing-masing dinamakan
aplanospora. Dari satu sel induk dapat dihasilkan beberapa buah spora (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995; Priyambodo, 2002). Tahap pertumbuhan Chlorella sp. dapat
dibedakan sebagai berikut :
1.
Tingkat pertumbuhan; pada tingkat ini terjadi penambahan besarnya sel.
2.
Tingkat pemasakan awal; pada tingkat ini terjadi beberapa proses persiapan
pembentukan sel anak.
3. Tingkat pemasakan akhir; pada tingkat ini terjadi pembentukan sel induk muda.
4. Tingkat pelepasan sel atau pelepasan autospora; pada tahap ini dinding sel induk akan pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.
3. Tingkat pemasakan akhir; pada tingkat ini terjadi pembentukan sel induk muda.
4. Tingkat pelepasan sel atau pelepasan autospora; pada tahap ini dinding sel induk akan pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.
Chlorella
sp. berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).
Perkembangbiakan secara vegetatif diawali dengan membentuk spora. Setiap sel
induk Chlorella sp. akan mengeluarkan zoospora yang disebut aplanospora
sebanyak 8 buah. Selanjutnya aplanospora berkembang menjadi individu-individu
baru. Setiap aplanospora yang telah dewasa akan mengeluarkan 8 aplanospora baru
dan seterusnya selama kondisi lingkungan memungkinkan. Perkembangbiakan sel
Chlorella sp. secara generatif belum banyak diketahui (Djarijah, 1995).
Menurut Martosudarmo dan Wulan (1990), susunan perkembangan umum Chlorella sp. ditandai dengan sedikitnya empat tahap yang terpisah yaitu :
1.
Tahap induksi : Setelah penambahan bibit ke dalam media kultur, populasi
Chlorella sp sementara tidak berubah, sel masih beradaptasi dengan
lingkungannya.
2.
Tahap eksponensial : Ditandai dengan perkembangbiakan sel yang cepat dan
konstan.
3.
Tahap stasioner : Kecepatan perkembangan sel sudah mulai menurun secara
bertahap atau adanya keseimbangan antara tingkat kematian dengan tingkat
pertumbuhan.
4.
Tahap kematian : Tingkat kematian lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan.
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) alga ini berkembangbiak secara vegetatif dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahan autospora dari sel induknya. Perkembangbiakan sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. Tahap selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap berikutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, disusul dengan pelepasan sel anak.
Daur
hidup dan cara perkembangbiakan Chlorella sp. Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan
Faktor-faktor
yang dapat mendukung keberhasilan kultur alga berkualitas baik dengan kepadatan
yang diinginkan harus diperhatikan. Menurut Anonimous (1990), faktor-faktor
pendukung ini antara lain faktor biologi, kimia, fisika, dan kebersihan
lingkungan kultur. Faktor biologi meliputi penyediaan bibit yang bermutu
(termasuk kemurniaan) dan jumlahnya yang mencukupi. Faktor fisika yang
mempengaruhi antara lain suhu, salinitas, dan intensitas cahaya. Faktor kimia
disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan
jenis fitoplankton yang akan dikultur. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor
lain yang perlu diperhatikan, yaitu kebersihan dari alat-alat kultur agar tidak
terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan.
- Ekologi dan Fisiologi
Martosudarmo
dan Wulan (1990) mengemukakan bahwa alga hijau dapat ditemukan di habitat air
tawar maupun air asin. Jenis alga hijau yang biasa digunakan dalam budidaya
yaitu Scenedesmus dan Chlorella sp. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)
Chlorella sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh di mana-mana, kecuali pada
tempat yang sangat kritis bagi kehidupannya. Alga ini dapat tumbuh pada
salinitas 0-35 ppt. Salinitas 10-35 ppt merupakan salinitas optimum untuk
pertumbuhan alga ini. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C,
tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu 250C-300C merupakan kisaran suhu yang optimum
untuk pertumbuhan alga ini.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kultur
murni fitoplankton (Chorella sp. dan Daphnia) perlu dilakukan secara intensif
untuk menyediakan makanan alami dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan
berkesinambungan. Mengingat pentingnya pakan alami tersebut sebagai salah satu
faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan dan udang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan kultur murni fitoplankton adalah kualitas
air yang meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan pH. Keberhasilan media
dan semua peralatan yang digunakan selama kultur, pemupukan serta aerasi yang
diberikan secara terus menerus. Berdasarkan hasil pengamatan selama kultur,
laju pertumbuhan Chorella sp. dan Daphnia selalu mengalami peningkatan setiap
harinya. Di samping itu, tidak terdeteksi adanya kontaminasi. Suhu media
berkisar antara 21o -24o C, sedangkan suhu ruangan berkisar antara 20o -27o C.
Pencahayaan menggunakan lampu neon, dan aerasi diberikan secara trus menerus
selama pelaksanaan kultur murni fitoplankton.
DAFTAR PUSTAKA
http://filepedeef.blogspot.com/2009/04/budidaya-pakan-alami-air-tawar-modul.html
http://mirror.unej.ac.id/onnowpurbo/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-ikan-air-tawar/budidaya_pakan_alami_air_tawar_budidaya_chlorella.pdf
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/KULTUR%20FITOPLANKTON.PDF
http://id.wikipedia.org/wiki/Chlorella
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorella&ei=QNUUSsKeBKfs6gPXh-HCCg&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=result&prev=/search%3Fq%3Dchlorella%26hl%3Did%26sa%3DG
http://ferryaquakulture.blogspot.com/2009/04/budidaya-daphnia-sp.html
http://iaspbcikaret.org/index.php?option=com_content&view=article&id=161:daphnia-sp-kultur-budidaya&catid=34:budidaya-air-tawar&Itemid=50
http://www.o-fish.com/PakanIkan/Daphnia.htm
http://www.o-fish.com/PakanIkan/daphnia_2.php
http://mirror.unej.ac.id/onnowpurbo/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-ikan-air-tawar/budidaya_pakan_alami_air_tawar_budidaya_daphnia.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Daphnia
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Daphnia&ei=r9UUStu7F9OTkAXNrOD2DA&sa=X&oi=translate&resnum=1&ct=result&prev=/search%3Fq%3Ddaphnia%26hl%3Did%26sa%3DX.
http://mirror.unej.ac.id/onnowpurbo/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-ikan-air-tawar/budidaya_pakan_alami_air_tawar_budidaya_chlorella.pdf
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/KULTUR%20FITOPLANKTON.PDF
http://id.wikipedia.org/wiki/Chlorella
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorella&ei=QNUUSsKeBKfs6gPXh-HCCg&sa=X&oi=translate&resnum=2&ct=result&prev=/search%3Fq%3Dchlorella%26hl%3Did%26sa%3DG
http://ferryaquakulture.blogspot.com/2009/04/budidaya-daphnia-sp.html
http://iaspbcikaret.org/index.php?option=com_content&view=article&id=161:daphnia-sp-kultur-budidaya&catid=34:budidaya-air-tawar&Itemid=50
http://www.o-fish.com/PakanIkan/Daphnia.htm
http://www.o-fish.com/PakanIkan/daphnia_2.php
http://mirror.unej.ac.id/onnowpurbo/pendidikan/materi-kejuruan/pertanian/budi-daya-ikan-air-tawar/budidaya_pakan_alami_air_tawar_budidaya_daphnia.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Daphnia
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Daphnia&ei=r9UUStu7F9OTkAXNrOD2DA&sa=X&oi=translate&resnum=1&ct=result&prev=/search%3Fq%3Ddaphnia%26hl%3Did%26sa%3DX.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar