Pages

Selasa, 09 April 2013

Makalah Klasifikasi dan Biologi Chlorella (lengkap)



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Fitoplankton merupakan jenis alga, termasuk ke dalam sub filum Thallofita yang mempunyai klorofil. Fitoplankton yang ada di seluruh dunia adalah sebagai produsen primer, dapat menyediakan makanan untuk fauna lebih banyak daripada seluruh flora yang ada di daratan. Kapasitas fotosintesis dari semua fitoplankton yang ada di laut lebih besar daripada seluruh flora yang ada di daratan. Dengan adanya konsentrasi fitoplankton yang besar di laut maka terdapat banyak zooplankton sebagai konsumen primer bagi ikan, udang-udangan dan sebagainya. Penyebarluasan teknologi dalam bidang budidaya fitoplankton berperan penting bagi pembenihan ikan dan udang laut. Dua jenis fitoplankton Chlorella sp. dan Daphnia telah digunakan dalam praktek budidaya fitoplankton ini.

  1. Tujuan
Tujuan melakukan pratikum ini untuk membudidaya fifoplankton sebagai pakan alami bagi zooplankton.

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Sejarah Chlorella SP.
Chlorella sp. berasal dari bahasa latin chloros yang berarti hijau dan ella yang berarti kecil, kemudian diberi nama oleh Beyerinck ahli biologi Jerman. Chlorella sp. sudah berada di bumi sejak masa pre cambrian kira-kira 2,5 milyar tahun yang lalu. Tumbuhan ini merupakan yang pertama kali memiliki bentuk sel yang berinti sebenarnya. Kelangsungan generasinya yang dapat mencapai zaman modern merupakan tanda kestabilan dan ketangguhan sifat genetiknya (Steenblock, 1994). Chlorella adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar, laut, dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola. Di dalam tubuhnya terdapat kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dengan membelah diri. Setiap selnya mampu membelah diri dan menghasilkan empat sel baru yang tidak mempunyai flagel. Ganggang ini sering digunakan di laboratorium untuk penyelidikan fotosintesis. Karena sifatnya yang unik, para ahli berpendapat bahwa Chlorella dapat ikut mengatasi kebutuhan pangan manusia di masa yang akan datang. Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya digunakan sebagai makanan rotifera atau sebagai media budidaya larva ikan. Budidaya Chlorella terdiri dari serangkaian kegiatan yang antara lain meliputi persiapan wadah dan air yang meliputi pencucian dan sanitasi wadah. Selanjutnya diikuti oleh kegiatan identifikasi, pemupukan dan inokulasi Chlorella di laboratorium.
Budidaya Chlorella dapat dilakukan dalam skala laboratorium dan skala lapangan. Dalam budidaya Chlorella di skala laboratorium digunakan wadah berupa erlenmeyer. Hasil budidaya pada skala laboratorium pada umumnya digunakan sebagai stock untuk budidaya massal. Dalam kegiatan budidaya skala laboratorium wadah harus dibersihkan dan disanitasi. Umumnya pencucian dapat menggunakan deterjen dan dibilas sampai bersih kemudian dikeringkan. Setelah kering kemudian wadah disanitasikan dengan cara direbus pada suhu 110 o C. Air yang digunakan juga harus bersih. Air yang digunakan dapat berupa air sumur atau air mata air atau akuades. Untuk air mata air atau air sumur sebaik air difilter terlebih dahulu untuk menyaring partikel yang tersuspensi dalam air. Selajutnya air juga harus disanitasi dengan cara merebus air sampai mendidih, sehingga air yang digunakan bebas dari kontaminasi plankton lain. Selanjutnya toples yang sudah diisi air sebanyak satu liter ditempatkan pada rak yang dilengkapi dengan selang aerasi dan lampu neon. Hal ini dilakukan supaya cahaya cukup untuk proses fotosintesis Chlorella, yang memerlukan intensitas cahaya antara 2500 – 5000 lux dan agar Chlorella tidak mengendap. Dalam budidaya di dalam laboratorium sebaiknya dilakukan pada suhu antara 21-25 o C, dengan tujuan agar pertumbuhannya tidak terlalu cepat.

  1. Klasifikasi
    Menurut Vashesta (1979) disitasi oleh Sri dan Achmad (1990), klasifikasi Chlorella sp. sebagai berikut :
    Kingdom : Plantae
    Phylum : Chlorophyta
    Kelas : Chlorophyceae
    Ordo : Chlorococcales
    Family : Chlorellaceae
    Genus : Chlorella
    Species : Chlorella sp.

  1. Morfologi
    Sel Chlorella sp. berbentuk bulat atau bulat telur dan umumnya merupakan alga bersel tunggal (unicellular), meskipun kadang-kadang dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar antara 2-8 mikron, berwarna hijau, dan dinding selnya keras yang terdiri dari selulosa dan pektin, serta mempunyai protoplasma yang berbentuk cawan. Chlorella sp. dapat bergerak tetapi sangat lambat sehingga pada pengamatan seakan-akan tidak bergerak (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Morfologi Chlorella sp.

  1. Siklus Hidup Chlorella sp.
Chlorella sp. berkembangbiak secara vegetatif. Sel anak berkembang menjadi sel induk, sel-sel induknya mengeluarkan zoospora yang masing-masing dinamakan aplanospora. Dari satu sel induk dapat dihasilkan beberapa buah spora (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995; Priyambodo, 2002).  Tahap pertumbuhan Chlorella sp. dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Tingkat pertumbuhan; pada tingkat ini terjadi penambahan besarnya sel.
2. Tingkat pemasakan awal; pada tingkat ini terjadi beberapa proses persiapan pembentukan sel anak.
3. Tingkat pemasakan akhir; pada tingkat ini terjadi pembentukan sel induk muda.
4. Tingkat pelepasan sel atau pelepasan autospora; pada tahap ini dinding sel induk akan pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.

Chlorella sp. berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Perkembangbiakan secara vegetatif diawali dengan membentuk spora. Setiap sel induk Chlorella sp. akan mengeluarkan zoospora yang disebut aplanospora sebanyak 8 buah. Selanjutnya aplanospora berkembang menjadi individu-individu baru. Setiap aplanospora yang telah dewasa akan mengeluarkan 8 aplanospora baru dan seterusnya selama kondisi lingkungan memungkinkan. Perkembangbiakan sel Chlorella sp. secara generatif belum banyak diketahui (Djarijah, 1995).

Menurut Martosudarmo dan Wulan (1990), susunan perkembangan umum Chlorella sp. ditandai dengan sedikitnya empat tahap yang terpisah yaitu :
1. Tahap induksi : Setelah penambahan bibit ke dalam media kultur, populasi Chlorella sp sementara tidak berubah, sel masih beradaptasi dengan lingkungannya.
2. Tahap eksponensial : Ditandai dengan perkembangbiakan sel yang cepat dan konstan.
3. Tahap stasioner : Kecepatan perkembangan sel sudah mulai menurun secara bertahap atau adanya keseimbangan antara tingkat kematian dengan tingkat pertumbuhan.
4. Tahap kematian : Tingkat kematian lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan.
 
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) alga ini berkembangbiak secara vegetatif dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat dengan pemisahan autospora dari sel induknya. Perkembangbiakan sel ini diawali dengan pertumbuhan sel yang membesar. Tahap selanjutnya terjadi peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap berikutnya terbentuk sel induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, disusul dengan pelepasan sel anak.
Daur hidup dan cara perkembangbiakan Chlorella sp. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan kultur alga berkualitas baik dengan kepadatan yang diinginkan harus diperhatikan. Menurut Anonimous (1990), faktor-faktor pendukung ini antara lain faktor biologi, kimia, fisika, dan kebersihan lingkungan kultur. Faktor biologi meliputi penyediaan bibit yang bermutu (termasuk kemurniaan) dan jumlahnya yang mencukupi. Faktor fisika yang mempengaruhi antara lain suhu, salinitas, dan intensitas cahaya. Faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis fitoplankton yang akan dikultur. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu kebersihan dari alat-alat kultur agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan.

  1. Ekologi dan Fisiologi
Martosudarmo dan Wulan (1990) mengemukakan bahwa alga hijau dapat ditemukan di habitat air tawar maupun air asin. Jenis alga hijau yang biasa digunakan dalam budidaya yaitu Scenedesmus dan Chlorella sp. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) Chlorella sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh di mana-mana, kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupannya. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. Salinitas 10-35 ppt merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan alga ini. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh. Kisaran suhu 250C-300C merupakan kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan alga ini.

BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Kultur murni fitoplankton (Chorella sp. dan Daphnia) perlu dilakukan secara intensif untuk menyediakan makanan alami dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Mengingat pentingnya pakan alami tersebut sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan dan udang. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan kultur murni fitoplankton adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan pH. Keberhasilan media dan semua peralatan yang digunakan selama kultur, pemupukan serta aerasi yang diberikan secara terus menerus. Berdasarkan hasil pengamatan selama kultur, laju pertumbuhan Chorella sp. dan Daphnia selalu mengalami peningkatan setiap harinya. Di samping itu, tidak terdeteksi adanya kontaminasi. Suhu media berkisar antara 21o -24o C, sedangkan suhu ruangan berkisar antara 20o -27o C. Pencahayaan menggunakan lampu neon, dan aerasi diberikan secara trus menerus selama pelaksanaan kultur murni fitoplankton.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar: